Hal itu terjadi sekitar 10 tahun lalu atau saat dia berusia 9 tahun. Todibo yang saat itu juga menggeluti olahraga Judo tertabrak mobil saat akan berangkat ke tempat latihan.
"Itu terjadi tanggal 24 Mei, saya berusia sembilan tahun saat itu," ujarnya dalam wawancara dengan media Prancis La Depeche.
"Saya mengalami patah tulang di kedua kaki saya hingga ke bagian pergelangan, dan ada beberapa patahan."
"Kami tak yakin apakah dia akan bisa bermain bola lagi," ujar Dylan Greneche, si pelatih.
Namun kemauan keras dari Todibo membuatnya pulih dengan cepat. Dia hanya butuh waktu satu tahun untuk kembali ke lapangan hijau.
"Dia adalah pemain muda yang selalu memiliki kegigihan tinggi, dan dia membuktikannya pada saat itu, meskipun usianya masih muda, " kata Greneche.
Selain kegigihan, Greneche mengingat mantan anak asuhnya itu sebagai sosok yang selalu ingin menang. Greneche teringat pada akhir musim 2016 Todibo menangis karena timnya hanya bermain seri. Padahal, hasil itu cukup membawa mereka naik ke liga di atasnya.
"Itu adalah laga terakhir di musim itu dan hasil imbang cukup untuk kedua tim mendapatkan promosi. Laga itu berakhit 1-1, tetapi saya melihat Jean-Clair menangis, dia terlihat kesal. Kami mendapatkan promosi ke divisi atas tetapi hasil imbang tak cukup bagi dia. Dia ingin kemenangan."
Kemampuan Todibo menarik perhatian pemandu bakat Toulouse. Di akhir musim itu, dia pun masuk ke tim U-19. Jika di Les Lilas dia lebih banyak bermain sebagai gelandang, di Toulouse kemampuannya sebagai bek terasah.
Hanya semusim bersama tim U-19, Todibo mendapatkan promosi ke tim B. Padahal usianya saat itu masih 17 tahun.
Dia mendapatkan delapan kesempatan bermain di tim B, namun hal itu cukup untuk menarik perhatian pelatih tim inti Toulouse, Alain Casanova. Pada awal musim ini, Casanova memberikan empat pemain mudanya kesempatan untuk bermain di latihan pra musim mereka.
Penampilan apik Todibo semasa latihan membuat Casanova tak ragu memberikan satu tempat di tim utama Toulouse musim ini. Apalagi dia baru saja kehilangan bek senior Issa Diop yang dijual ke West Ham.
Di tim senior, Todibo langsung menjadi pilihan utama sebagai bek tengah Toulouse. Hal itu membuat pihak manajemen langsung menyodori Todibo dengan kontrak panjang.
Namun Todibo menolak tawaran tersebut dan membuat manajemen Toulose kecewa. Padahal, dia ditawari menjadi pemain dengan gaji tertinggi di klub itu. Alhasil dia pun kembali terlempar ke tim B.
"Klub telah bernegosiasi dengan pemain dan perwakilannya soal kontrak profesional selama berpekan-pekan. Dia ditawarkan gaji yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah klub ini," ujar Direktur Toulouse, Jean-Francois Soucasse.
"Dia mendapatkan tawaran gaji jauh di atas yang didapatkan Diop (Issa Diop) dan Alban Lafont (yang dijual ke Fiorentina pada Juli lalu). "
"Pada awal pekan, Jean-Clair menunjukkan kepada kami bahwa dia masih belum tahu ke mana arah karir yang dia inginkan."
Penolakan itu disebut merugikan klub asal Prancis tersebut. Pasalnya, diam-diam mereka sebenarnya telah bernegosiasi dengan klub kaya asal Inggris, Manchester City, untuk menjual Todibo.
Dia juga menolak pendekatan Manchester City karena tahu banyak klub besar mengincarnya. Juventus, Liverpool, Borussia Dortmund dan Barcelona merupakan klub yang mengantri untuk mendapatkan tanda tangan si pemain pada bursa transfer musim dingin ini.
Alhasil Barcelona lah yang memenangkan perlombaan itu. Mereka dikabarkan masih harus membayar sebesar 2 juta euro kepada Toulouse sebagai kompensasi. Jumlah itu hanya setengah dari uang yang ditawarkan Manchester City kepada Toulouse.
Di Stadion Camp Nou, markas Barcelona, Todibo akan bergabung dengan para seniornya dari Prancis seperti Samuel Umtiti dan Clement Lenglet. Keduanya diyakini bisa membuat si pemain lebih mudah menjalani masa integrasi dengan tim.
Namun Todibo masih harus menunggu setidaknya enam bulan lagi untuk bergabung dengan Barcelona. Dia masih harus menyelesaikan kontraknya engan Toulouse hingga Juli mendatang.
No comments:
Post a Comment